Tugas Pendidikan
Kewarganegaraan
Muhammad Asyrafal Anam
33417393
2ID03
Perbedaan Pendidikan
Pada Orde Lama dan Orde Baru
Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk
kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran
bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih
kritis dalam berpikir.
A. Pendidikan masa orde lama
Jika kita berbicara
tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2
kurikulum di antaranya:
1. Rentang
Tahun 1945-1968
Kurikulum pertama yang
lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya
rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal
dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun
1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan
pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.
2. Rencana
Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai
1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar satu
mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu
pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan.
Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru
menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang
menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang
menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
3. Kurikulum
1964
Fokus kurikulum 1964
adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Panca
wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup
praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah dapat
berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.
B. Pendidikan Pada Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung
dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era pembangunan
nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar,
terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden
(Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres
ini hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan
kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik
sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pada pendidikan orde
baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat diciptakan karena unsur dominatif
dan submisif masih sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada masa
ini, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa
memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum
yang lain untuk menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain
yang tercipta pada masa ini adalah:
1. Produk-produk
pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi pada
hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak
memanusiakan manusia).
2. Lahirnya
kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda yang
berpikiran positivistik
3. Hilangnya
kebebasan berpendapat.
Pemerintah orde baru
yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto “membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan Masyarakat Indonesia”. Pada masa ini seluruh bentuk pendidikan
ditujukkan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk pembangunan nasional.
Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang
kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan
negara. Pendidikan bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia,
namun untuk mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan
penguasa.
Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa
orde baru yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum
1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi
yang masif, dengan hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada
pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan
pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.
2. Kurikulum
1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar MBO (management by objective).
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih
penting, karena setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin
dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail
dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah
di atur dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar
mengajar menjadi sistematis dan bertahap.
3. Kurikulum
1984
Kurikulum 1984 mengusung “process
skill approach”. Proses menjadi lebih penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah
tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan
sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam
pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
4. Kurilukum
1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Pada kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya
beban belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan
banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki
pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus
mereka hadapi.
Kesimpulan Dan Analisa
Seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan, bahwa pada masa orde baru pendidikan hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas.
Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik
sebanyak-banyaknya tanpa menghasilkan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Adapun kurikulum yang digunakan pada masa ini yaitu kurikulum 1968, kurikulum
1975, kurikulum 1984 dan kurikulum 1994.
Masa orde lama :
pendidikan lebih di atur oleh pemerintah , pelajar atau mahasiswa di larang
untuk ikut ambil bagian dalam hal politik
masa reformasi :
pendidikan lebih besifat terbuka , pelajar atau mahasiswa di perboleh kan ikut
berpolitik ( contoh pemilu , pemilihan ketua osis ) , kritik politik boleh
dilakukan oleh lembaga pendidikan ( dalam hal pendidikan pula seperti contoh
kurikulum 2013 )
sumber :
Komentar
Posting Komentar